Contoh Desain Pembelajaran Model Gerlach dan Ely

Contoh Desain Pembelajaran Model Gerlach dan Ely


DESAIN PEMBELAJARAN MODEL GERLACH & ELY
“Pembelajaran Untuk Siswa/i SMAN 1 Pangandaran”


Nama Sekolah           : SMA Negeri 1 Pangandaran
Mata Pelajaran         : TIK (Pascal)
Kelas/Semester          : XI/ II (Genap)
Alokasi Waktu          : 4 x 45 menit

A.    Tujuan Pembelajaran
Standar Kompetensi             : Mahir Membuat Bahasa Pemrograman Dengan
 Komputer ( Tujuan Umum)
Kompetensi dasar                 : Membuat Bahasa Pemrograman Menggunakan
 Turbo Pascal ( Tujuan Khusus)
Indikator                                :

Karakteristik Individu Berdasarkan Usia

Karakteristik Individu Berdasarkan Usia

Karakteristik Individu Berdasarkan Usia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri  khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya (Widianingrum, 1999). Echols & Shadaly (1975) mengungkapkan bahwa individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Mathiue & Zajac, (1990) menyatakan bahwa karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang/individu yang mencakup jenis kelamin, usia, kepribadian, suku bangsa, serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Kurnia (2007) bahwa karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Karakteristik berdasarkan usia dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu :
1.    Oswald Kroch
Ciri-ciri yang digunakan oleh Oswald Kroch adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz  atau sifat “ keras kepala ” dan ia membagi fase perkembangan ini menjadi tiga, yaitu:
a).  Fase anak awal, umur 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi troz pertama yang ditandai dengan serba membantah atau menentang orang lain.
b). Fase keserasian sekolah, umur 3-13 tahun. Pada akhir fase ini terjadi troz kedua yang ditandai dengan anak serba membantah atau menentang orang lain bahkan ucapan orangtua.
c).  Fase kematangan, umur 13-21 tahun. Fase ini terjadi setelah berakhirnya gejala-gejala troz kedua, dimana anak mulai merasakan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki yang dihadapi dengan sewajarnya.
2.    Kohnstamm
Khonstamm membagi fase perkembangan ini dilihat dari sisi pendidikan dan tujuan luhur manusia yaitu :
a).  Periode fital: umur 0-1,5 tahun dan disebut sebagai masa menyusui.
b). Periode estetis : 1,5-7 tahun dan disebut sebagai fase pencoba atau masa bermain.
c).  Periode intelektuil : umur  7-14 tahun dan disebut sebagai masa sekolah.
d). Periode sosial : umur 14-21 tahun dan disebut sebagai masa remaja.
e).  Periode matang : 21 tahun keatas dan disebut sebagai masa dewasa.

•    Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Konsep Tugas Perkembangan
    Periode ini dikemukakan oleh Robert J. Havighurst, yaitu :
a).  Masa bayi dan kanak-kanak ( infacy and early childhood ) : umur 0-6 tahun.
b). Masa sekolah atau pertengahan anak-anak ( middle childhood ) : umur 6-12 tahun.
c).  Masa remaja ( adolescence ) : umur 12-18 tahun
d). Masa awal dewasa ( early adulthood ) : umur 18-30 tahun
e).  Masa dewasa pertengahan ( middle age ) : umur 30-50 tahun
f).  Masa tua  ( latter maturity ) : umur 50 tahun keatas
Secara lebih lengkap yaitu :

A.    Perkembangan pada masa Orok ( 0 – 9 bulan)
Pada fase ini, masa Orok memiliki karaktristik perkembangan sebagai berikut:
•    Perkembangan fisik saat lahir, pada umumnya berat badan orok kira-kira 3,5 kg dan panjangnya 50 cm. Laki-laki biasanya lebih berat dari pada wanita, kepalanya kira-kira ¼ dari panjang badannya. Pernapasan, makan, dan pembuangan selama lahir melalui plasenta.

B.    Fase Bayi ( 12-24 bulan )
•    Masa bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua dari kehidupan. Masa bayi ini memiliki perkembangan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, bermain, pengertian, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.

C.    Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

D.       Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.

E.    Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya.

F.    Masa Tua
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
•         Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh.
•         Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
•         Penurunan Dorongan Seks.

Referensi : 


Andiwardhana, D., n.d. Antara Kekanakan Dan Dewasa. [Online]
Available at: file:///G:/2/Antara%20Sifat%20Kekanakan%20dan%20Kedewasaan%20%C2%AB%20Dian%20Nandiwardhana.html
[Accessed 12 September 2017].
Febi Kumara, n.d. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Karakter. [Online]
Available at: http://febykumara.blogspot.com/2007/05/pengaruh-lingkungan-terhadap.html
[Accessed 12 September 2017].
Kimura, D. d. J. M., 2015. UCD : Sex Differences in the Brain. [Online]
Available at: http://www.ucd.ie/artspgs/langimp/genderbrain.pdf
[Accessed 12 September 2017].
NN, n.d. Psikologi Perkembangan Remaja. [Online]
Available at: file:///G:/2/psikologi-perkembanagn-remaja.html
[Accessed 12 September 2017].
Sugiyanto, n.d. UNY : Karakteristik anak usia SD. [Online]
Available at: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Karakteristik%20Siswa%20SD.pdf
[Accessed 12 September 2017].
 

Contoh CV yang Bagus


iya kali ini admin akan share tentang contoh cv dan surat lamaran kerja yang bagus. untuk cv sangat mudah ya, cukup buat dengan aplikasi canva yang berbasis online. kemudian jika surat lamaran kerja itu manual, dan gunakanlah kata-kata yang menonjolkan keunggulan.
Contoh Studi Kelayakan Bisnis Merchendise

Contoh Studi Kelayakan Bisnis Merchendise

Laporan Potensi Bisnis yang Bisa Dikembangkan di PSDKU UNPAD Pangandaran
“Bisnis Clothing dan Merhendise Keunpadan ( T-shirt, Jaket/Sweater, Sticker, Bros, Gelang, Gantungan Kunci, Pin)

Dosen Pengampu : Drs. Hadi Suprapto Arifin M.Si.,
  


Disusun Oleh :

Herdiana                 210110164003
Galang Ikhwan Aji Sabda     210110164004
Evhan Rayna Suryatmana    210110164017



UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA  PANGANDARAN
2017

BAB I
Pendahuluan


A.    Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri perdagangan saat ini, dirasakan cukup berdampak bagi sebagian masyarakat, untuk itu sebagai kaum intelektual, sudah sewajarnya mahasiswa berusaha menuangkan segala potensi diri dan daya kreasi untuk menemukan ide-ide dan gagasan usaha untuk dikembangkan.

Dengan adanya PSDKU Unpad pangandaran, yang baru berdiri beberapa bulan lalu. Banyak sekali potensi-potensi bisnis yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan  bagi seorang wirausahawan. Terutama bisnis yang berhubungan serta berkaitan dengan kegiatan kampus dan lingkungan sekitar kampus.

Pada masa kini perkembangan akan perubahan kebiasaan dan teknologi semakin luas dan berkembang sehingga, banyak pelaku bisnis yang menggunakan perubahan teknologi masa  kini untuk mengikuti zaman yang ada. Maka sebagai mahasiswa yang memiliki kemampuan dan pemikiran yang luas, berinisiatif untuk mengembangkan potensi yang ada di lingkungan kampus PSDKU, sebagai potensi bisnis yang cukup besar.

Melihat potensi kedepannya akan semakin banyak Mahasiswa yang belajar di PSDKU UNPAD ini, maka kami berencana untuk membuka Bisnis Clothing dan Merchendise keunpadan, karena di PSDKU sendiri belum terdapat bisnis seperti itu juga alasan lain karena biasanya seorang mahasiswa menunjukkan kebanggaannya terhadap almamater dengan mengenakan atau memakai berbagai  merchendise khas berbau almamater, sebagai wujud rasa bangga.  Usaha clothing dan merchandise ini dirasa sangat cocok karena kami dapat mengembangkan hobi dan kemampuan kami untuk dapat menghasilkan uang serta memberikan dampak positif kepada teman ataupun masyarakat sekitar.



B.    Tujuan Usaha

Usaha clothing dan merchendise ini mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut :
1.    Memberikan pengenalan Keunpadan lewat Clothing dan Merchendise.
2.    Mengurangi dampak pengangguran.
3.    Mendapatkan laba .
4.    Menyediakan kebutuhan fashion Keunpadan bagi mahasiswa.
5.    Memberikan produk terbaik untuk tiap jurusan.
6.    Menjalin persahabatan antara pelanggan.
7.    Menjadi store yang kredibel.

C.    Manfaat Usaha

    Manfaat bagi kami sendiri antara lain:
-    Meningkatkan penghasilan dalam usaha
-    Melatih skills berwirausaha
-    Meningkatkan kesejahteraan bagi diri kami
-    Membantu orang yang kurang mampu

    Manfaat bagi orang lain
-     Untuk memberikan informasi mengenai keunpadan lewat cloth dan merchebdise
-    Memunculkan wirausaha yang terampil dan kreatif dalam memberikan suatu gagasan / mutu / ide-ide usaha yang baik.
-    Memberikan rasa puas
-    Memenuhi kebutuhan Mahasiswa PSDKU UNPAD


BAB II
Informasi Umum

A.    Nama Usaha

Usaha Cloting dan Merhendise ini didirikan dengan Nama “My Unpad Clothing & Merchendise Store”.

B.    Pemilik Usaha

Usaha ini didirikan oleh tiga orang yaitu :

1.    Galang Ikhwan Aji Sabda , Sebagai Manager sekaligus Designer.
2.    Herdiana, Sebagai Promotion.
3.    Evhan Rayna Suryatmana, sebagai project office.

C.    Bentuk Usaha

Usaha Cloting dan Merchendise Store  ini berbentuk Usaha milik perseorangan.

D.    Bidang Usaha

Usaha ini membuka bidang usaha bisnis T-shirt, Jaket/Sweater, Sticker, Bros, Gelang, Gantungan Kunci, Pin.

E.    Lokasi Usaha

Jangka Pendek
•    Tempat Utama      : Kampus 1 PSDKU UNPAD ( Jalan Cikangkung No. 101
   RT 02 RW 07, Cikembulan, Sidamulih, Pangandaran )
•    Cabang         : Kampus 2 PSDKU UNPAD ( Jalan Raya Cijulang,
    Wonoharjo , Pangandaran)/Depan D’Parigi Resto
Jangka Panjang
Kampus PSDKU UNPAD,  Desa Cinta Ratu


F.    Kesan / Counter Style

Kesan yang ingin kami bangun dalam melayani pelanggan adalah “Amanah, Nyaman, dan Melayani Sepenuh Hati“. Sehingga pelanggan merasa nyaman dan senang dengan pelayanan kami dan membuat mereka selalu ingin kembali karena pelayanan kami yang memuaskan.       

G.    Visi dan Misi   

Visi      :    Mitra dan solusi dengan memberikan pelayanan atas kebutuhan
Mahasiswa PSDKU.
Misi     :    Memberikan pelayanan yang baik serta memberikan dampak positif
Bagi Mahasiswa

H.    Ruangan / Tempat yang dibutuhkan

            Ruangan / Tempat yang dibutuhkan pada awal membuka usaha ini tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit, yakni ruangan ukuran 6m x 3m.

I.    Jumlah Tenaga Kerja

Usaha ini terdiri dari 3 orang tenaga kerja yang memiliki tugas:
1.      Manajer dan Desainer     : Galang Ikhwan Aji Sabda
2.      Project Officer        : Evhan  
3.      Sales Promotion              : Herdiana


BAB III
Penilaian Terhadap Pasar

A.    Konsumen yang Dituju

1.    Mahasiswa PSDKU UNPAD
2.    Dosen dan Tendik PSDKU UNPAD

B.    Jenis Usaha yang Dibuat

1.    Clothing
2.    Merchendise

C.    Analisis Situasi

Kegiatan usaha ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT:
Faktor Internal    Faktor Eksternal
Kekuatan (Strength) :
-          kerjasama
-          kualitas sumber daya manusia
(Bertanggung jawab , disiplin kerja , kreatif dan inovatif).
-Dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
-          Memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan
-          Menjual produk yang berkualitas    Peluang (Oportunity):
-          tingginya permintaan
-          Dengan tetap menjaga  mutu dan kualitas produk , kami yakin dapat bersaing walaupun harus dengan para usahawan Clothing-an dan Merchendise yang lain di kemudian hari .

Kelemahan (Weaknes):
-          rendahnya modal kerja
-   -   Persaingan pasar dengan perusahaan yang berskala nasional.
    Hambatan (threaty):
-          Perekonomian labil
-          Perubahan harga pasar yang kurang dapat diprekdisi
-          Munculnya para usahawan usahawan baru yang sejenis

D.    Prespektif Masa Depan Usaha
          
Dengan terciptanya tempat usaha yang bergerak dibidang perdagangan, khususnya dalam hal Clothing dan Merchendise untuk mahasiswa PSDKU dengan lokasi yang strategis, maka kami yakin usaha ini akan maju. Karena kebutuhan dan permintaan akan fashion di kalangan mahasiswa sangat besar karena untuk menunjukkan kebanggaannya terhadap almamater dan ditambah dengan belum adanya pesaing usaha yang sama di lokasi sekitar.

E.    Analisis Persaingan
       Berdasarkan pemantauan dan hasil survey wawancaran yang ada bahwa di sekitar lokasi tempat yang akan kami dirikan usaha ini masih belum terdapat sebuah tempat jasa pembuatan merchandise dan cloth .

BAB IV
Rencana Pemasaran

A.    Jenis Produk yang Ditawarkan

1.    T-shirt,
2.    Jaket/Sweater,
3.     Sticker,
4.     Bros,
5.     Gelang,
6.     Gantungan Kunci, dan
7.     Pin.

B.    Penetapan Harga

Harga yang akan dikenakan adalah harga yang diperkirakan akan terjangkau oleh Mahasiswa dan Dosen. Adapun untuk selanjutnya harga akan disesuaikan dengan perkembangan selanjutnya .

C.    Harga Jual Produk

Setelah memperhitungkan dengan cukup matang , akhirnya kami tetapkan sebagai harga awal berikut ini adalah tabel harga jasa produk yang ditawarkan.
Jenis Produksi    Harga
T - Shirt    Rp     60.000,00
Jaket / Sweater      Rp    155.000,00
Sticker    Rp   10.000,00
Bros    Rp   10.000,00
Gelang    Rp   25.000,00
Gantungan Kunci    Rp   15.000,00
Pin                     Rp   5.000,00


D.    Tempat Usaha

Kampus PSDKU Unpad Pangandaran ( Jalan Cikangkung No. 101 RT 02 RW 07, Cikembulan, Sidamulih, Pangandaran)


E.    Strategi Pemasaran

Kami memasarkan Clothing dan Merchendise ini melalui promosi yaitu dengan:
-          Membuat Iklan melalui jejaring sosial
-          Membuat display di berbagai tempat
-          Melalui mulut ke mulut
-          Mengandalkan informasi dari pelanggan ke orang lain
-          Melalui brosur
-          Serta membuat advertisement secara online di OA Unpad Pusat agar bisa dijangkau mahasiswa dan dosen.



BAB V
Rencana Penjualan

A.    Sistem Penjualan

1.    Penjualan Langsung
Sistem ini dilakukan secara langsung bertatap muka antara penjual dan konsumen,
2.    Penjualan tidak langsung dengan system konsinyasi
Sistem ini dilakukan antara lain dengan menitipkan produk di tiap jurusan.
3.    Terima Pesanan
Konsumen datang ke tempat untuk memesan pesanan yang telah konsumen tentukan.
4.    Delivery Order
Konsumen bisa memesan melalui sosmed dan akun resmi My Unpad untuk memesan produknya.

B.    Jadwal Memulai Usaha

Jadwal buka untuk melakukan pelayanan usaha My Unpad Clothing & Merchendise Store ini  setiap hari dari pukul 09.00 – 21.00.

C.    Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk :
•    Kain cotton
•    Kain Babby Terry
•    Kain Parasut
•    Kertas stiker
•    Plastik Bros
•    Bahan Baku Pin
•    Kawat Tembaga





BAB VI
Rencana Pendapatan


A.    Hasil Penjualan

Rincian hasil taksiran penjualan Per hari sebagai berikut :
Karena di PSDKU terdapat 5 Prodi, setidaknya minimal 1 item per prodi terjual, maka ada 5 item tiap hari yang terjual.

Jenis Produksi    Harga    Jumlah
T - Shirt     Rp     60.000,00 x 5    Rp          300.000,00
Jaket / Sweater      Rp    155.000,00 x 5    Rp          775.000,00
Sticker    Rp   10.000,00 x  5    Rp          50.000,00
Bros    Rp   10.000,00 x 5    Rp          50.000,00
Gelang    Rp   25.000,00 x 5    Rp          125.000,00
Gantungan Kunci    Rp   15.000,00 x 5    Rp          75.000,00
Pin         Rp   5.000,00 x 5    Rp          25.000,00
Total penjualan perhari        Rp         1.400.000,00

B.    Perkiraan Pendapatan dan Pengeluaran per bulan

I.    Pendapatan penjualan perbulan
30 X Rp 1.400.000,00                = Rp 42.000.000,00
II.    Pengeluaran per bulan
1.    Bahan baku 50% X Rp 42.000.000,00      =  Rp  21.000.000,00
2.    Biaya lain lain
-    Sewa tempat usaha                    Rp       500.000,00
-    Transportasi                        Rp       300.000,00
-    Lain lain 10% X Rp 42.000.000,00              Rp       4.200.000,00
 Jumlah pengeluaran perbulan                Rp       26.000.000,00
Jadi, Pendapatan per bulan   
    Rp 42.000.000,00 – Rp 26.000.000,00    =  Rp  16.000.000,00



BAB VII
Perkiraan Arus Uang

A.    Sumber  Modal

No    Sumber  Modal    Jumlah    Keterangan
1.    Modal Bersama    Rp    660.000,00  
2.    Modal Pinjaman     Rp    1.000.000,00  
    Total    Rp    1.660.000,00  
                

B.    Bahan Baku

No    Nama bahan baku    Harga    Jumlah
1    Kain cotton    Rp 78.000,00/Kg  x 3 kg    Rp 234.000,00
2    Kain Babby Terry    Rp 80.000,00/Kg x 3 kg    Rp 240.000,00
3    Kain Parasut    Rp. 16.000 ( 1 m x 1,5 m ) x 15     Rp 240.000,00
4    Kertas stiker    Rp 35.000,00/Pack x 2 Pack
( 40 lembar )    Rp 70.000,00
5    Plastik Bros    Rp. 10.000,00 x 25    Rp 250.000,00
6    Bahan Baku Pin    Rp. 15.000,00 x 25    Rp 375.000,00
7    Kawat Tembaga    Rp 10.000,00 x  25    Rp 250.000,00
    Total         Rp 1.659.000,00

Jumlah modal keseluruhan     = Rp. 1.659.000,00



BAB VIII
Penutup


Usaha ini terpikirkan karena melihat potensi yang sangat besar untuk PSDKU Unpad Pangandaran kedepannya, karena akan semakin banyak mahasiswa dan dosen yang hadir di PSDKU Unpad Pangandaran ini. Setiap tahunnya mahasiswa bertambah 150, itu tentu merupakan peluang besar untuk kami. Maka dari itu kami berencana mendirikan usaha ini karena prospek kedepannya bagus. Walaupun kami sadari, untuk merealisasikan ini tentu tidak mudah. Namun kami memiliki tekad dan semangat yang kuat agar usaha ini dapat terealisasi.
Demikian laporan ini kami susun , pastinya masih terdapat kekurangan dan tidak keakuratan, maka dari itu mohon kritik dan masukkannya, agar usaha ini dapat terealisasi dengan baik dan berkembang sesuai harapan.
Semoga dengan rahmat  Tuhan Yang Maha Esa laporan analisis bisnis ini dapat diwujudkan, AAMIIN.




Pemetaan Kearifan Lokal dan Kebudayaan di Pangandaran



 BAB I
Pendahuluan


A.      Latar Belakang

Setiap daerah wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, pasti ada daya tarik tersendiri yang mana membuat para wisatawan  datang ke daerah wisata tersebut. Suatu daerah yang  berpotensi sebagai daerah wisata pastilah memiliki hal-hal unik dan yang bisa ditonjolkan yang tentu saja tidak dimiliki oleh daerah lain. Seperti halnya Bali, selain terkenal oleh keindahan pantainya tetapi ada beberapa hal unik yang tidak ditemukan ditempat lain yaitu budaya dan agama, sesuatu yang tak pernah hilang yaitu kesetiaan mereka pada nilai leluhur warisan nenek moyang. Suatu hal yang patut dicontoh sebagai tolak ukur sebuah daerah wisata.

Sama halnya dengan Bali, Pangandaran juga merupakan salah satu daerah wisata yang ada di Indonesia. Destinasi wisata yang terletak di Priangan Timur, provinsi Jawa Barat ini semakin banyak melakukan pembangunan di wilayahnya sebagai wujud pelaksaan visi mereka untuk menjadi destinasi wisata dunia. Ada apa saja disana dan apa daya tarik yang menyebabkan wisatawan selalu berdatangan ke tempat ini. banyak hal yang belum diketahui tentang daerah wisata yang satu ini, tidak hanya memiliki pantai yang mempesona, air terjun yang masih alami, perbukitan yang menawarkan berjuta pesona, tetapi ada beberapa budaya dan cerita dibalik Pangandaran ini sendiri, yang mana jika semuanya dikemas dan di kembangkan menjadi satu. Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa Pangandaran akan bersaing dan setara dengan Bali.

Oleh karena itu kami melakukan wawancara ini untuk mengumpulkan informasi terkait aspek sosial budaya di daerah Pangandaran ini, sehingga potensi-potensi sosial serta budaya di Pangandaran bisa lebih diketahui secara mendalam, dan juga kita dapat membuat pemetaan tekait apa saja kearifan lokal yang ada di kabupaten Pangandaran.


B.        Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas , maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1.             Kebudayaan dan kesenian apa saja yang ada di Pangandaran?

2.             Apa saja jenis kearifan lokal yang ada di Pangandaran?

3.             Bagaimana cerita dibalik kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran?

4.             Bagaimana peran Disbudpar dalam  mengembangkan  kebudayaan dan kesenian di wilayah Pangandaran?

5.     Bagaimana strategi promosi untuk mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran?

6.           Media apa saja yang digunakan untuk promosi?

7.         Apakah ada kendala atau hambatan dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran?

8.           Apa strategi dalam menangani kendala tersebut?

9.           Adakah agenda acara mengenai kebudayaan dan kesenian?

10.       Bagaimana reaksi masyarakat dan wisatawan yang hadir dalam event-event kebudayaan?

11.         Peninggalan sejarah apa saja yang ada di wilayah Pangandaran?

12.       Apa peran komunitas dan tokoh budaya dalam pengembangan budaya dan kearifan lokal di Pangandaran?

13.    Bagaiamana perkembangan dan kegiatan yang sering diadakan kompepar dan tokoh budaya dalam meningkatkan kebudayaan Pangandaran?

14.        Bagaimana Pandangan tokoh budaya mengenai kearifan lokal dan kebudayaan yang ada di Pangandaran?

C.      Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya wawancara ini antara lain sebagai berikut :

1.             Untuk mengetahui kebudayaan dan kesenian apa saja yang ada di Pangandaran.

2.             Untuk mengetahui jenis kearifan lokal yang ada di Pangandaran.

3.             Untuk mengetahui cerita dibalik kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran.

4.          Untuk mengetahui peran Disbudpar dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran.

5.          Untuk mengetahui strategi promosi guna mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran.

6.             Untuk mengetahui media apa saja yang digunakan untuk promosi.

7.       Untuk mengetahui kendala atau hambatan dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran.

8.       Untuk mengetahui strategi guna menangani hambatan atau kendala dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran.

9.             Untuk mengetahui agenda acara yang berkenaan dengan kebudayaan dan kesenian.

10.     Untuk mengetahui reaksi masyarakat dan wisatawan yang hadir dalam event-event kebudayaan.

11.         Untuk mengetahui peninggalan sejarah yang ada di wilayah Pangandaran.

12.         Untuk mengetahui peran komunitas dan tokoh budaya dalam pengembangan budaya dan kearifan lokal di Pangandaran.

13.         Untuk mengetahui lebih dalam tingkat perkembangan dan kegiatan yang diadakan kompepar dalam meningkatkan kebudayaan Pangandaran.

14.         Untuk mengetahui Pandangan tokoh budaya mengenai kearifan lokal dan kebudayaan yang ada di Pangandaran



D.      Metode Penelitian

Metode yang dilakukan pada laporan ini, merupakan metode penelitian data kualitatif melalui sebuah wawancara langsung kepada narasumber.

1.      Kepala bidang Kebudayaan

Nama Narasumber                  : Bpk. Aceng Hasim

Jabatan                                                : Kepala Bidang Kebudayaan

Tempat dan tanggal lahir        : Ciamis, 25-04-1968

Pendidikan Terakhir                : S2 - Administrasi Pemerintahan

Alamat                                     : Dusun Bulakbanjar, Rt 02/Rw 01, Desa

                                                  Banjarharja, Kecamatan Kalipucang,

   Pangandaran.

2.      Ketua Kompepar

Nama Narasumber                  : Bpk. Edi Rusmiadi

Jabatan                                                : Ketua Kompepar

3.      Komunitas Budaya

Nama Narasumber 1               : Bpk. Asep Kartiwa

Jabatan                                                : Pendiri Kampung Budaya

Nama Narasumber 2               : Ki Adwidi dan Abah Suha

Jabatan                                                : Ketua Kesenian Badud

4.      Tokoh Budaya

Nama Narasumber 1               : Bpk. Erik Krisna Yudha

Jabatan                                                : Dinas Sosial

Nama Narasumber 2               : Bpk. Husin Al Banjari

E.     Waktu dan Tempat Wawancara

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal         : Kamis, 13 April 2017

Pukul                     : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat                  : Dinas Kebudayaan



F.     Topik Wawancara

“ Pemetaan Kearifan Lokal dan Potensi Budaya di Pangandaran”





BAB II

Hasil Wawancara



A.  Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan

1.      Kesenian dan Kebudayaan di Kabupaten Pangandaran

 Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Bapak Aceng Hasyim menuturkan bahwa kesenian dan kebudayaan yang asli berasal dari Kabupaten Pangandaran antara lain Ronggeng Gunung, Kesenian Badud (kesenian ini tumbuh subur di Desa Margacinta, Dusun Kertaharja, Kecamatan Cijulang)- tampilan kesenian yang didalamnya ada iringan dog-dog dan angklung. Para pemainnya menggunakan aksesoris yang menyerupai harimau, babi dan masih banyak lagi- seni lebon (seni olah kanuragan/ bela diri), Festival Layang-Layang, dan Hajat Laut. Selain kebudayaan asli, Pangandaran juga memiliki kesenian dan kebudayaan yang berasal dari Jawa, karena Pangandaran berdekatan dengan daerah Jawa Tengah sehingga budaya sunda dan jawa menyatu didalamnya. Kesenian yang berasal dari Jawa tersebut antara lain seni kuda lumping, ada sekitar 60 rombongan (tumbuh dan berkembang di wilayah Mangunjaya, Padaherang, dan Kalipucang). Kesenian-kesenian Jawa ini masuk ke Pangandaran ketika Kerajaan Mataram hendak menyerang Batavia pada tahun 1628. Para prajurit Kerajaan Mataram membawa serta kesenian-kesenian tersebut dan ternyata diterima dan diminati oleh masyarakat Pangandaran. Pada akhirnya, kesenian-kesenian Jawa juga tumbuh dan berkembang di wilayah Pangandaran.



2.      Kearifan Lokal yang Ada di Pangandaran

Menurut Bapak Aceng Hasyim, sebagian besar masyarakat yang ada di Pangandaran masih mempercayai  keberadaan  Nyi Roro Kidul  sebagai perwujudan sosok Penguasa Laut Selatan. Diadakannya Hajat Laut itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Nyi Roro Kidul menurut sebagian masyarakat. Kemudian kearifan lokal yang masih melekat di masyarakat Pangandaran terutama di daerah pinggiran adalah masih menggunakan konsep pamali untuk melarang aktivitas tertentu. Salah satu contoh pamali yaitu kita dilarang duduk di depan pintu karena dapat menghambat kita untuk mendapatkan jodoh, dilarang memotong kuku pada hari Sabtu karena dapat menghambat kita dalam mendapatkan rejeki dan masih banyak lagi. Selanjutnya, kearifan lokal yang masih tumbuh dan berkembang di masyarakat pegunungan dan pedesaan adalah gotong royong. Gotong royong merupakan hal yang hanya dapat kita temui di wilayah pedesaan maupun pegunungan. Contoh bentuk gotong royong di wilayah pedesaan adalah ketika ada orang yang membangun rumah. Tanpa harus meminta bantuan terlebih dahulu, tetangga-tetangga di sekitar rumah pasti berdatangan untuk membantu.



3.      Cerita Dibalik Kesenian dan Kebudayaan Pangandaran

Kebudayaan dan kesenian yang ada di wilayah Kabupaten Pangandaran itu terbilang lumayan banyak. Untuk itu kita perlu mengetahui seluk beluk cerita dibalik kebudayaan dan kesenian yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kabupaten Pangandaran tersebut. Dari sekian banyak kebudayaan dan kesenian, Bapak Aceng Hasyim selaku Ketua Bidang Kebudayaan Kabupaten Pangandaran hanya menceritakan sejarah terbentuknya Ronggeng Gunung (kebudayaan khas milik Kabupaten Pangandaran).

Pada zaman dahulu, Pangandaran memiliki dua buah kerajaan yaitu Kerajaan Galuh Pangauban dan Kerajaan Galuh Tanduran. Menurut para ahli sejarah, sekitar abad ke-XVI M Kerajaan Galuh Pangauban itu berdiri dan berlokasi disekitar Ciputra Pinggan Kecamatan Kalipucang. Raja dari Kerajaan Galuh Pangauban yang terkenal yaitu Prabu Haur Koneng atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai Prabu Cipta Sahyang. Beliau memiliki tiga orang anak yaitu Maharaja Upama (Prabu Anggalarang), Sereupan Agung (kerajaannya terletak disekitar Cijulang), dan Maharaja Cipta Permana (kerajaannya diberi nama Bojong Galuh dan terletak di Cimaragas). Dari Maharaja Cipta Permana inilah yang nantinya melahirkan raja-raja yang ada di Galuh (Ciamis). Jadi, sebenarnya raja-raja yang berkuasa di Ciamis masih merupakan keturunan Prabu Haur Koneng.

Suatu hari, salah satu putra Prabu Haur Koneng yaitu Prabu Anggalarang menginginkan sebuah kerajaan kecil untuknya. Kemudian Prabu Haur Koneng mengabulkan permintaan putranya tersebut. Berawal dari keinginan inilah yang menjadi dasar didirikannya Kerajaan Galuh Tanduran yang berlokasi di Pananjung Pangandaran. Situs Batu Kalde yang ada di Pananjung Pangandaran merupakan salah satu bukti peninggalan Kerajaan Galuh Tanduran. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang raja, Prabu Anggalarang memilki seorang prameswari yang bernama Dewi Rengganis. Dimana Dewi Rengganis ini memiliki wajah yang cantik jelita. Karena kecantikannya tersebut, timbulah niatan dari para perompak (dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Bajo) untuk merebut Dewi Rengganis dari tangan Prabu Anggalarang. Selain untuk merebut Dewi Rengganis, serangan mereka juga bertujuan untuk menguasai perdagangan terutama di wilayah Pangandaran. Niatan para perompak untuk menyerang Kerajaaan Galuh Tanduran semakin kuat setelah mengetahui bahwa Kerajaan Galuh Tanduran tidak memiliki prajurit.

Untuk menghindari serangan, Prabu Anggalarang dan Dewi Rengganis melarikan diri ke beberapa tempat. Tempat yang dijadikan pelarian secara berurutan yaitu Babakan, Cikembulan, Batu Hiu, Cijulang, dan ke daerah pegunungan. Pada saat pengejaran, Prabu Anggalarang dan Dewi Rengganis berpisah. Prabu Anggalarang melarikan diri ke arah Desa Ciparakan dan Dewi Rengganis melarikan diri ke arah sebaliknya. Pada akhir pengejaran, Prabu Anggalarang akhirnya terbunuh di daerah Desa Ciparakan, sedangkan Dewi Rengganis berhasil selamat dari pengejaran para perompak. Sejak tewasnya Prabu Anggalarang, Dewi Rengganis merasa sedih dan beliau ingin sekali balas dendam kepada para perompak yang telah membunuh suaminya. Maka dari itu, Dewi Rengganis bersama rombongannya (perempuan-perempuan dari berbagai desa) sepakat menuju ke daerah Bagolo untuk melakukan penyamaran dalam bentuk tarian ronggeng dengan mengenakan sarung yang dipakai untuk menutupi kepala hingga setengah badan ke bawah. Adegan tersebut akhirnya bisa mengelabuhi komplotan Bajo hingga membuat komplotan Bajo terlena, baru kemudian disandera dan dibunuh satu persatu oleh rombongan Dewi Rengganis.

Mulai hari itu, tarian ronggeng ini tumbuh dan berkembang di wilayah Pangandaran. Tari ronggeng ini terkenal dengan sebutan Ronggeng Gunung. Tarian Ronggeng Gunung merupakan sebuah tarian yang digunakan untuk mengenang dan mengembalikan Prabu Anggalarang serta memiliki tujuan yaitu mengajak para kaum muda untuk ikut serta menjadi prajurit Kerajaan Galuh Tanduran dan untuk membalas dendam kepada para perompak (Bajo) yang telah membunuh Prabu Anggalarang.

Ronggeng gunung ini tumbuh subur di wilayah Sidamulih, Parigi, Kalipucang, dan Padaherang. Eksistensi Ronggeng Gunung kini bertransformasi menjadi Ronggeng Kaleran (biasa ditampilkan dalam acara pernikahan, menyambut seseorang, hajatan, dan lain-lain). Perbedaan Ronggeng Gunung dengan Ronggeng Kaleran itu terletak pada penarinya. Dalam Ronggeng Gunung penari bertugas sekaligus sebagai juru kawih (sinden), sedangkan pada Ronggeng Kaleran penari dan juru kawihnya berbeda orang.



4.      Peran Disbudpar dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran

Bapak Aceng Hasyim menjelaskan bahwa peran Disbudpar dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran itu melalui diadakannya event-event kebudayaan. Hampir seluruh event kebudayaan yang ada di Kabupaten Pangandaran itu merupakan hasil kerja keras Disbudpar. Festival-festival yang menjadi bagian agenda Disbudpar setiap tahunnya antara lain Festival Layang-Layang, Hajat Laut, Karnaval Budaya, Pesona Purnama Pesisir, dan masih banyak lagi.



5.      Strategi promosi guna mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran

Ketua Bidang Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Bapak Aceng Hasyim mengatakan bahwa belum ada promosi khusus untuk bidang kebudayaan. Kebanyakan promosi itu dilakukan untuk bidang pariwisata. Untuk bidang kebudayaan biasanya promosi dilakukan dari mulut ke mulut, melalui baliho yang didirikan di setiap sudut jalan hanya kurang 1 bulan dari acara, web Dinas Pariwisata, dan masih banyak lagi.





6.      Media yang Digunakan untuk Promosi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa media yang digunakan untuk melakukan promosi itu hanya dari mulut ke mulut, baliho yang dipajang disetiap sudut jalan, brosur yang dibuat dan disebarkan sebulan sekali (biasanya berisi penjelasan mengenai destinasi wisata), pameran kebudayaan, event-event diadakan melalui kerja sama dengan beberapa media untuk publikasinya, dan web Dinas Pariwisata. 



7.      Kendala atau Hambatan dalam Mengembangkan Kebudayaan dan Kesenian di Pangandaran

Bapak Aceng Hasyim selaku Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Pangandaran menjawab secara jujur bahwa kendala atau hambatan dalam mengembangkan kebudayaan di Pangandaran itu hanya masalah dana. Pemerintah Kabupaten Pangandaran saat ini sedang memprioritaskan tiga aspek  yaitu pembangunan sarana dan prasarana Pangandaran, pembangunan pendidikan, dan pembangunan kesehatan. Jadi untuk masalah kebudayaan dan kesenian  biasanya pendanaannya dipersulit.



8.      Strategi yang Dilakukan untuk Menangani Hambatan atau Kendala dalam Mengembangkan Kebudayaan dan Kesenian di Pangandaran

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa kendala utama Disbudpar dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian di Pangandaran adalah masalah dana. Untuk mengatasi hal ini, pihak Disbudpar menjalin kerjasama dengan beberapa sponsor. Selain pihak Disbudpar mendapatkan keuntungan karena acaranya terselenggara secara mulus, pihak sponsor juga mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapat pihak sponsor antara lain mereka bebas menunjukkan atau memperkenalkan brand dagang mereka  kepada pengunjung yang datang ke event-event kebudayaan.







9.      Agenda Acara yang Berkenaan dengan Kebudayaan dan Kesenian

Bapak Aceng Hasyim menjelaskan bahwa Pangandaran memiliki beberapa event-event kebudayaan. Ada event yang telah dilaksanakan ada pula event yang masih menjadi rencana. Event kebudayaan yang sudah terlaksana adalah  karnaval kebudayaan di lingkup Pangandaran dan pengiriman Duta Seni Pangandaran ke Sukabumi dalam rangka menyambut ulang tahun daerah Sukabumi. Pengiriman Duta Seni Pangandaran ini mendapatkan tanggapan dan sambutan yang luar biasa dari Walikota dan masyarakat Sukabumi. Untuk event-event yang masih menjadi agenda antara lain Festival Layang-Layang, Hajat Laut, Pesona Purnama Pesisisir, Festival Surfing dan Festival Kebudayaan dalam rangka menyambut ulang tahun Kabupaten Pangandaran pada bulan September mendatang. Nama dari setiap event itu berbeda-beda tetapi substansinya tetap mengedepankan kebudayaan. Event-event kebudayaan ini dilakukan secara rutin tiap tahun. Pada tahun 2018, Bidang Kebudayaan berencana untuk mengadakan sajian kesenian khas setiap pekan di panggung terbuka yang terletak di Pamugaran.

Pelaksanaan event-event tersebut sudah terjadwal dan disesuaikan dengan kondisi tertentu. Misalnya untuk menetukan kegiatan Hajat Laut itu masih menggunakan kearifan  lokal. Biasanya berkaitan dengan Bulan Muharam dan Jum’at pertama pada Bulan Muharam. Kemudian, Festival Layang-Layang biasanya  diadakan pada Bulan Juli dan disesuaikan dengan kondisi angin sama seperti halnya dengan Festival Surfing yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi angin.

Di tengah penjelasannya, Bapak Aceng Hasyim mengatakan bahwa Pangandaran itu perlu kreatifitas. Selain seni tradisi, di kabupaten/kota lain itu sedang gencar dilakukannya event-event seperti karnaval. Sampai-sampai beberapa daerah yang tidak memiliki destinasi wisata mampu mencipatakan destinasi wisata berupa karnaval budaya seperti di Purwakarta. Tidak perlu menampilkan yang hebat-hebat, yang sederhana saja tetapi menarik minat banyak orang. Pangandaran itu sangat memerlukan sentuhan kreatifitas dari mahasiswa Universitas Padjadjaran yang ada di Pangandaran. Untuk itu, aspek sosial dari mahasiswa ini sangat dinanti-nantikan oleh kami, terutama dalam bidang kebudayaan.

Selanjutnya, Bapak Aceng Hasyim menjelaskan bahwa program unggulan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini adalah Karnaval Budaya. Diadakannya Karnaval Budaya ini diharapkan mampu mengembangkan masyarakat yang ada di Pangandaran. Baik itu masyarakat tani, pedagang, nelayan, seniman, mahasiswa dan masih banyak lagi. Selain untuk mengembangkan masyarakat, Karnaval Budaya ini juga diharapkan mampu menambah detinasi wisata yang ada di Pangandaran. Bapak Aceng Hasyim ini sangat menginginkan Pangandaran bukan hanya terkenal dari aspek pariwisatanya saja tetapi juga dari aspek kebudayaan.



10.  Reaksi Masyarakat dan Wisatawan yang Hadir Dalam event-event Kebudayaan yang Diselenggarakan oleh Disbudpar

Menurut Bapak Aceng Hasyim, masyarakat dan wisatawan yang menghadiri event-event kebudayaan tentu saja merasa senang. Untuk masyarakat, mereka senang karena mereka bisa berjualan ataupun melakukan sesuatu yang dapat menambah penghasilan mereka. Kemudian untuk wisatawan sendiri, mereka merasa senang karena selain mendapatkan pengalaman yang luar biasa tentang kebudayaan Pangandaran, wisatawan juga akan memperoleh pengetahuan. Wisatawan yang awalnya tidak mengetahui kebudayaan Pangandaran, setelah mengahadiri event-event kebudayaan pasti menjadi langsung tahu kebudayaan dan kesenian yang ada di Pangandaran. Selain itu, wisatawan akan merasa semakin senang apabila mengahadiri Hajat Laut --Karena dalam acara tersebut kita boleh memakan sepuasnya secara gratis. Hal inilah yang biasanya ditunggu-tunggu oleh sebagian besar wisatawan maupun masyarakat lokal.



11.    Peran Komunitas Budaya dalam pengembangan budaya dan kearifan lokal di Pangandaran.

Komunitas Budaya yang ada di Pangandaran memiliki peran untuk menjembatani kepentingan pemerintah dalam kerangka penertiban administrasi. Siapa saja boleh mendirikan lingkung seni atau kelompok seni, namun penentu kelayakan tetap berada di tangan pemerintah. Pemerintah itu berfungsi untuk turut serta memberikan rekomendasi layak dan tidaknya sebuah kelompok diberikan  ijin operasional seni. Setiap lingkung seni atau kelompok seni harus memiliki ijin dari pemerintah Kabupaten Pengandaran. Kelompok-kelompok seni yang hendak didirikan harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti data anggota kelompok seni yang berupa fotocopy KTP,  keterangan domisili dari Ketua RT, jumlah peralatan, jadwal kegiatan, dan masih banyak lagi. Hal ini bertujuan agar pemerintah juga dapat mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok seni yang ada di Pangandaran dan mengetahui peralatan apa saja yang kurang.

 Kemudian peran komunitas budaya yang kedua adalah kerjasama dalam pembinaan seni. Misalnya dibutuhkan seni X untuk duta seni diluar Kabupaten Pangandaran. Maka, Disbudpar bertanggung jawab menanyakan dan memilih komunitas mana yang layak untuk dikirim. Adanya komunitas-komunitas seni ini berguna sabagai wadah untuk mengembangkan bakat dan minat orang-orang di Pangandaran. Dalam berbagai festival yang diselenggarakan oleh Disbudpar komunitas-komunitas seni juga sering diundang untuk meramaikan acara.



12.  Peninggalan sejarah yang ada di wilayah Pangandaran

Ketua Bidang Kebudayaan Kabupaten Pangandaran menuturkan bahwa bidang kebudayaan itu memiliki dua bidang garapan, yang pertama bidang kesenian dan kebudayaan dan yang kedua bidang sejarah dan purbakala. Tinggalan purbakala dan sejarah yang ada di Pangandaran itu terletak di Gua Sukareregan di daerah Selasari, Parigi. Disana teridentifikasi ada tinggalan  pra sejarah berupa moluska (cangkang kerang) yang telah menjadi fosil atau sering disebut “kjokenmandinger (sampah dapur)’ , manik-manik mutiara (mas kawin pada masa purbakala), gerabah purba, dan perkakas untuk berburu (mata panah yang terbuat dari bebatuan inti). Periode klasik, tinggalannya berupa candi. Dan yang terakhir adalah tinggalan kolonial yang berupa rel kereta api.





B.  Hasil Wawancara dengan Ketua Kompepar



1.    Pengertian Kompepar

Bapak Edi memberikan penjelasan bahwa kompepar merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang dibentuk oleh pemerintah melalui dinas pariwisata. Sesuai dengan intruksi dari kemempar, kompepar ada di provinsi, kabupaten dan di tiap-tiap destinasi pariwisata. Dibentuknya kompepar tidak berdasarkan wilayah pemerintahan, melainkan per destinasi wisata bukan per kecamatan atau desa. Anggota kompepar terdiri atas tokoh masyarakat, pelaku usaha dan berbagai elemen yang ada di wilayah destinasi tersebut termasuk wilayah pemerintah setempat.



2.    Lama Pendirian Kompepar Kabupaten Pangandaran

Bapak Edi menuturkan bahwa, kompepar kabupaten Pangandaran sudah berdiri sejak lama menginduk ke pemerintah kabupaten Ciamis dan hanya ada di tiap DTW saja. Setelah Pangandaran memisahkan diri menjadi kabupaten baru, secara resmi kompepar kabupaten Pangandaran di bentuk pada tanggal 1 Mei 2015, maka terhitung sudah dua tahun lebih kompepar kabupaten Pangandaran berdiri.



3.    Peran Kompepar Kabupaten Pangandaran dalam Mengembangkan Kesenian dan Kebudayaan Pangandaran

          Bapak Edi menuturkan bahwa, kompepar berperan sebagai pendukung dengan cara memfasilitasi kegiatan-kegiatan budaya. Dalam kompepar terdapat bidang seni budaya yang dikhususkan untuk menginvertarisir kesenian-kesenian dan kebudayaan yang ada di masyarakat. Seperti kegiatan Hajat Leuwueng di desa Salasari kompepar ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi atau sharing bagaimana cara pengemasan acaranya. Beliau juga mengatakan bahwa ia sendiri memiliki pengalaman dalam bidang event organizer, sehingga bisa memberikan saran secara teknis dalam proses dan tahapan produksi sampai pelaksanaan sebuah acara termasuk dalam pembuatan rencana anggaran, layout, dekorasi, juga kostum sehinggga sebuah acara bisa terlaksana dan memiliki keunikan tersendiri.



4.    Event yang Pernah Dilakukan dan Diikuti Oleh  Kompepar Kabupaten Pangandaran

Menurut Bapak Edi, kegiatan yang pernah dilaksanakan dam diikuti oleh kompepar kabupaten Pangandaran diantaranya:

Hajat Laut, merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh kompepar kabupaten Pangandaran setiap satu tahun sekali. Dilaksanakan pada muharam atau tahun baru islam karena dinilai suci, khusunya pada hari Jumat Kliwon. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan cara memotong kepala kerbau yang kemudian di lempar ke laut, hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Pangandaran atas hasil laut yang mereka dapatkan.

Pesona Purnama Pesisir yaitu pementasan seni tradisi berkaitan dengan adat kebiasaan disaat bulan purnama  biasanya masyarakat melakukan kegiatan yang di sebut “ngabungbang” yaitu keluar dari rumah dan melaksanakan kegiatan seperti anak-anak yang melakukan permainan tradisional, atau pun orang tua yang bercengkrama bersama. Konsepnya memang di dasarkan pada saat bulan purnama, sehingga dinamakan Pesona Purnama Pesisir. Tahun lalu kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dengan tema kesenian “buhun” yang ada di pesisir, pelakasanaannya mengikuti agenda milangkala kabuapten pada bulan Oktober. Untuk tahun ini rencanyanya akan diadakan kembali dengan tema “kaulinan barudak” pada bulan Juli dan sudah masuk ke agenda dinas pariwisata. Secara tanggal masih tentatif, bergantung pada purnamanya jatuh pada tanggal berapa namun pelaknsanakannya tetap di akhir pekan yaitu malam minggu, maka akan dicari minggu mana yang paling mendekati. Akan tetapi bapak Edi berharap pelaksanaannya bisa pas pada tanggal 14 bulan jawa.

Festival Alam Seni Budaya Kampung Singkur yang dilaksanakan di DTW Jojogan, dalam hal ini kompepar kabupaten Pangandaran hanya sebagai supporter atau partisipan karena pelaksanaannya dilakulan oleh kompepar DTW Jojogan sendiri. Kegiatan ini bukan sebuah kegiatan yang diambil dari kebiasaan atau tradisi setempat, melaikan diciptakan atau sesuatu yang baru diadakan.

Hajat Lewueung di desa wisata Salasari pada bulan Agustus, yaitu berupa kegiatan pagelaran seni tradisional, yang diproses dikhususkan pada kesenian yang ada di masyarakat disana.  Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengakamodir dan melestarikan apa yang menjadi kebiasaan orang tua jaman dulu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.



5.    Pelopor Kegiatan Kompepar di Kabupaten Pangandaran

Bapak Edi menyatakan bahwa, kegiatan-kegiatan yang dilakakukan dan diikuti kompepar kabupaten Pangandaran banyak dipelopori oleh beliau sendiri sebagai ketua kompepar kabupaten Pangandaran khususnya secara tradisi.



6.    Penghargaan yang Diperoleh Kompepar Kabupaten Pangandaran

Penghargaan-penghargaan yang pernah diperoleh Kompepar Kabupaten Pangandaran antara lain sebagai berikut :

§   Peserta Forum Komunikasi Antar Pelaku Industri Pariwisata Tahun 2017 Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi

§   Peserta Pelatihan Usaha Pariwisata Bidang Usaha Mice Tahun 2017 Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi

§   Peserta Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Pedesaan Dan Perkotaan Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi

§   Peserta sebagai Pengembang Pariwisata Di Indonesia Dari Traveloka Diberikan Kepada Kompepar Kabuapten Pangandaran.

§   Peningkatan Produk Wisata Pedesaan dan Perkotaan Tahun 2015 Diberikan Kepada Kabupaten Pangandaran

§   Perserta Konferensi Nasional Tata Kelola Destinasi Wisata Tahun 2015 Diberikan Kepada Bapak Edi Rusmiadi

Dan masih banyak lagi penghargaannya yang diterima oleh Kompepar kabupaten Pangandaran.



7.    Hambatan yang Dihadapi Kompepar Kabupaten Pangandaran dalam Menjaga dan Mengembangkan  Kebudayaan di Pangandaran

Bapak Edi menyatakan bahwa, banyak orang yang menentang dan sudah beberapa tahun meninggalkan tradisi yang biasa dilakukan pada pelaksanaan  kegiatan hajat laut. Ada tekanan dari pihak para ulama yang mengklaim trasidi hajat laut sebagai bentuk bid’ah karena adanya ritual di dalam pelaksanan proses hajat laut yang mana di dalam islam tidak ada istilah atau kegiatan ritual seperti yang biasa dilakukan dalam hajat laut. Beliau juga mengatakan Pemerintah pun tidak terlalu memberikan dukungannya secara materi, contohnya pada pelaksanaan hajat laut tahun lalu yang sama sekali tidak diberikan anggaran dana dari pemerintah. Pelaksaan hajat laut tahun lalu, anggarannnya di dapat murni dari penggalangan dana dari masyarakat Pangandaran yang masih ingin memepertahankan kegiatan hajat laut tersebut. Bapak Edi juga menuturkan bahwa pemerintah kurang bisa memfasilitasi permasalahan bid’ah tersebut.



8.    Strategi Mempromosikan Kesenian dan Kebudayaan Pariwisata oleh Kompepar

Menurut bapak Edi, cara mempromosikan kesenian dan kebudayaan Pariwisata di Pangandaran adalah dengan cara menjaga tradisi ritual dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan yang diadakan karena hal itu bisa menjadi daya tarik wisata dan merupakan sesuatu yang unik. Tradisi tidak bisa dilaksanakan setiap waktu, ini yang membedakatan tradisi dengan kesenian lain ronggeng misalnya. Tradisi berkaitan dengan ritual, karena waktu pelaksaannnya sudah ditentukan. Contohnya hajat laut, yang harus dilaksanakan pada bulan muharam dan hari Jumat Kliwon, hal ini akan menimbulkan pertanyaan mengapa harus pada bulan dan hari tertentu, dan itu merupakan sesuatu yang wajar.

Bapak Edi juga menuturkan bahwa, salah satu cara mempromosikan sebuah daerah wisata bisa juga dengan cara menciptakan sebuah event, seperti Festival Alam Seni Budaya di Jojogan. Akan tetapi untuk menciptakan sebuah event sehingga menjadi sebuah brand suatu daerah butuh waktu yang lama dan dilakukan secara terus-menerus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara terus menerus secara cepat atau lambat akan menarik perhatian  orang untuk melihat, sehingga berduyun-duyun datang ke Pangandaran. tentunya kegiatan tersebut juga harus didukung oleh pemerintah sehingga bisa terjaga dan diteruskan oleh generasi muda.



9.        Harapan Bapak Edi Rusmiadi Kepada Pemerintah Kabupaten Pangandaran

Bapak Edi berharap pemerintah memberikan dukungannnya dalam melestarikan kebudayaan dan tradisi kabupaten Pangandaran, jangan samapai slogan lestarikan budaya hanya sebatas omongan saja tapi tidak ada pelaksasaan yang nyata. Beliau yakin bahwa apapun kegiatan kebudayaan yang dilakukan memiliki hal yang positif karena memang pada dasarnya kegiatan-kegiatan kebudayaan itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur. Hanya saja caranya yang berbeda karena keterbatasan pengetahuan orang-orang yang terdahulu, intinya yang diambil adalah subtansi yang positifnya dan diberikan penjelasan atau meluruskan bahwa tujuan utamanya adalah ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Adapun mengenai nama-nama tokoh yang disebutkan dalam ritual-ritual juga merupakan ucapan terima kasih karena memang dianggap berjasa dalam pengembangan suatau daerah tertentu, dalam hal ini daerah Pangandaran. Bapak Edi juga mengatakan bahwa ini tidak ada bedanya dengan kebiasaan kita mendoakan orang tua kita yang sudah tiada atau mengenang jasa para pahlawan umumnya, karena dibalik setiap hal itu pasti meiliki hikmah dan manfaatnya. Dengan adanya kegiatan ritual itu misalnya maka akan terjadi silaturahmi sehingga nilai-nilai budaya seperti kebersamaan, gotong royong akan terjaga. Kesenian merupakan hasil olah rasa, dan tidak terbentuk secara sembarangan tidak semua orang bisa menciptakannnya, oleh karena itu merupakan sesuatu yang wajar apabila kita memberika ucapan terima kasih terhadap para tokoh yang berjasa dalam kebudayaan dengan cara mendoakannnya.

Bapak Edi juga berharap pemerintah juga bisa lebih memperhatikan kesejahteraan para pelaku budaya, berikan jaminan kepada mereka sehingga bisa meneruskan generasi selanjutnya dengan cara memberikan uapah dari pelatihan yang mereka berikan. Atau pun event dengan secara berkala, sehingga mereka bisa fokus pada bidang seni budaya dan mendapatkan penghasilan yang cukup dari sana.



10.    Sikap Bapak Edi sebagai Ketua Kompepar mengenai Adanya Pencampuran Budaya

Menurut Bapak Edi, perkembangan jazam akan terus maju, di era globalisasi masyarakat dengan mudah bisa melihat budaya luar seperti budaya Barat dan Cina maupun juga budaya kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan sebagainya. Secara umum memang sangat terlihat perbedaannya dalam hal fisik, khusunya pakaiannya jika dibandingkan dengan kebudayaan di desa Salasari Pangandaran. Bapak Edi berharap perbedaan yang ada itu tidak berpengaruh terhadap kebiasaan di masyarakat Pangandaran, masyarakat tidak perlu meniru bagaimana cara orang luar berpakaian misalnya, tetapi tetap berpakaian seperti kebiasaan sendiri. Contohnya jika orang luar sering menggunakan celana jeans, maka masyarakat khususnya perempuan yang terbiasa menggunakan samping atau kebaya diharapkan tetap mengenakan samping dan kebaya. Akan tetapi hal itu tidak bisa diatur secara mudah karena hal itu merupakan ranah pribadi, maka setidaknya kebiasaan itu bisa dijaga melalui sebuah kegiatan atau event  yang diadakan oleh kompepar pemerintah kabupaten sampai komunitas budaya. Perubahan kabupaten Pangandaran menjadi suasana kota sangat dirasakan oleh bapak Edi, mulai fashion dan banyaknya hotel-hotel yang  telah dibangun dan itu semua merupakan tuntutan jazam. Tetapi kita bisa pererat dan perkuat penjagaan kebudayaan yang dimiliki melalui silaturahmi dan komunikasi dengan teman-teman dan saudara asli yang tinggal di Pangandaran baik sejak dulu maupun sekarang.

C.           Hasil Wawancara dengan Bapak Asep Kartiwa



1.             Komunitas yang Didirikan Oleh Bapak Asep Kartiwa

Bapak Asep Kartiwa menjelaskan bahwa beliau adalah salah satu tokoh yang aktif dalam mengembangkan kesenian, kebudayaan, dan pariwisata yang ada di Pangandaran. Beliau menghabiskan umurnya untuk mendorong masyarakat guna mengembangkan potensi-potensi yang ada di Pangandaran terutama dalam bidang kesenian dan kebudayaan. Salah satu bentuk kiprah nyata dari Bapak Asep Kartiwa ini adalah beliau mendirikan sebuah komunitas di Desa Margacinta. Komunitas ini beliau beri nama Desa Wisata Margacinta. Dalam komunitas tersebut beliau menjabat sebagai pendiri sekaligus pengelola. Pendirian komunitas ini tentu tidak dilakukan seorang diri, Bapak Asep Kartiwa ini bekerja sama dengan kepala desa beserta jajarannya dan bekerja sama dengan pihak Kompepar (Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata) juga.

Kesenian dan kebudayaan yang tergabung dalam komunitas ini terhitung banyak. Mulai dari kesenian badud, kesenian rengkong, kesenian gondang, terbang, dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak kesenian yang tergabung di Desa Wisata Margacinta, kesenian yang ditonjolkan adalah kesenian badud. Alasan kesenian badud ditonjolkan dalam Komunitas Desa Wisata Margacinta adalah karena kesenian badud merupakan kesenian asli yang sudah lama tumbuh dan berkembang di Desa Margacinta.



2.    Lama Pendirian Komunitas Desa Wisata Margacinta

Menurut Bapak Asep Kartiwa, komunitas Desa Wisata Margacinta ini secara resmi didirikan 3 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2014. Komunitas ini didirikan atas dasar inisiatif Bapak Asep Kartiwa mengingat tidak ada wadah yang menaungi berbagai kesenian dan kebudayaan yang berkembang di Desa Margacinta. Meskipun baru berdiri selama 3 tahun, komunitas Desa Wisata Margacinta ini telah meraih banyak sekali penghargaan dan telah melakukan beberapa event kesenian dan kebudayaan.



3.    Alasan Mendirikan Komunitas Desa Wisata Margacinta

Bapak Asep Kartiwa menjelaskan bahwa alasan paling mendasar beliau mendirikan komunitas Desa Wisata Margacinta adalah belum adanya wadah untuk menaungi berbagai kesenian, kebudayaan, dan pariwisata yang ada dan tumbuh berkembang di Desa Margacinta. Selain itu, alasan lain beliau mendirikan komunitas ini adalah karena alasan-alasan sosial seperti komunitas ini butuh koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Pangandaran, komunitas ini membutuhkan legalitas dari Pemerintah Kabupaten Pangandaran, dan masih banyak lagi.



4.    Pelopor Pendirian Komunitas Desa Wisata Margacinta

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelopor dari komunitas Desa Wisata Margacinta ini adalah Bapak Asep Kartiwa. Dalam mendirikan komunitas, Bapak Asep Kartiwa bekerjasama dengan kepala desa Margacinta beserta jajarannya dan bekerjasama dengan pihak Kompepar untuk pengkoordinasiannya.



5.    Hambatan dalam Mendirikan Komunitas Desa Wisata Margacinta

Bapak Asep Kartiwa menjelaskan bahwa hambatan dalam mendirikan komunitas Desa Wisata Margacinta adalah masyarakat di Desa Margacinta itu sendiri. Kebanyakan penduduk di Desa Margacinta pengetahuannya tentang pariwisata, kesenian. dan kebudayaan masih sangat minim. Mereka hanya sekedar mengetahui bahwa Pangandaran merupakan daerah wisata namun mereka belum tahu harus berbuat apa untuk mengembangkan daerah-daerah wisata maupun kesenian dan kebudayaan yang mereka miliki. Seperti di Desa Margacinta, awalnya kesenian badud itu tumbuh dibiarkan begitu saja tanpa adanya suatu pengkoordinasian. Kemudian, Bapak Asep Kartiwa bersama kepala desa Margacinta berinisiatif untuk membuat sebuah komunitas yang mencakup  kesenian, kebudayaan, dan pariwisata. Selain digunakan untuk mengembangkan potensi, minta dan bakat, komunitas ini juga bisa digunakan sebagai tempat memberikan wawasan mengenai pariwisata, kesenian, dan kebudayaan . Sehingga masyarakat itu tidak hanya pasif menunggu kesenian dan kebudayaan berkembang saja, tetapi masyarakat ikut berperan aktif dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan di daerah kabupaten Pangandaran.



6.    Peran Komunitas Desa Wisata Margacinta dalam Mengembangkan Kesenian dan Kebudayaan Pangandaran

             Menurut Bapak Asep Kartiwa komunitas Desa Wisata Margacinta ini sangat berperan dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran. Peran dasar komunitas ini adalah sebagai wadah untuk mengembangkan segala minat, bakat dan potensi yang dimiliki penduduk di Desa Margacinta baik di bidang kesenian dan kebudayaan maupun di bidang pariwisata. Komunitas ini juga berperan dalam memperkenalkan kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran ke kancah nasional maupun internasional melalui berbagai event-event kesenian dan kebudayaan. Selain itu, komunitas ini juga berfungsi untuk mengorganisir  setiap kesenian, kebudayaan, dan pariwisata yang ada di Desa Margacinta sehingga memudahkan koordinasi ke pihak Pemerintah Kabupaten Pangandaran.



7.    Event yang Pernah Dilakukan dan Diikuti Oleh  Komunitas Desa Wisata Margacinta

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun komunitas ini baru bediri selama 3 tahun, komunitas Desa Wisata Margacinta telah melakukan dan mengikuti  beberapa kegiatan di bidang kesenian dan kebudayan. Salah satu event yang sering dilakukan di Desa Margacinta yaitu acara halal bihalal. Acara halal bihalal ini merupakan acara rutin yang berbasis agama, meskipun berbasis agama dalam acara ini selalu ditampilkan kesenian badud. Acara ini telah dilakukan sebanyak 3 kali di Desa Margacinta. Bapak Asep Kartiwa menuturkan bahwa beliau ingin menyelipkan kesenian dan kebudayan dalam setiap acara-acara yang diadakan di Desa Margacinta. Kesenian yang seringkali meramaikan acara-acara di Desa Margacinta adalah kesenian badud.

Selain acara halal bihalal, acara yang seringkali dilakukan di Desa Margacinta adalah mamarung. Mamarung adalah sebuah acara yang dilakukan pada malam bulan purnama dimana orang-orang di Dea Margacinta saling berbagi makanan. Acara ini adalah salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena penduduk di Desa Margacinta mendapatkan hasil bumi dan panen yang melimpah. Acara ini biasanya diramaikan juga dengan kesenian badud.

Disamping acara halal bihalal dan mamarung, acara-acara yang pernah dilakukan oleh komunitas Desa Wisata Margacinta adalah pameran kebudayaan, pameran kuliner, dan pameran destinasi wisata. Acara-acara yang pernah diikuti oleh komunitas Desa Wisata Margacinta sendiri yaitu meramaikan perlombaan karnaval dalam memperingati HUT Kota Sukabumi, menampilkan kesenian badud dalam acara Konferensi Asia Afrika, dan masih banyak lagi.



8.      Penghargaan yang Diperoleh komunitas Desa Wisata Margacinta

Bapak Asep Kartiwa menjelaskan bahwa sudah ada banyak sekali penghargaan yang diperoleh komunitas Desa Wisata Margacinta, meskipun baru berdiri selama 3 tahun. Penghargaan-penghargaan tersebut antara lain penghargaan yang ditujukan kepada Bapak Asep Kartiwa sebagai pelopor dan pendiri komunitas Desa Wisata Margacinta dari Provinsi Jawa Barat, penghargaan sebagai peserta dalam berbagai acara kesenian dan kebudayaan, para pemandu wisata/guide yang tergabung ke dalam komunitas Desa Wisata Margacinta sudah banyak yang mendapat ISLA (sertifikat internasional dari Amerika), penghargaan sebagai juara  ke-2 dalam  perlombaan karnaval untuk memperingati HUT Kota Sukabumi, penghargaan di Pasirimpun sebagai kesenian yang unik (pada waktu itu menampilkan kesenian badud) ketika menghibur acara Konferensi Asia Afrika, dan masih banyak lagi.



9.    Cerita Di Balik Kesenian Badud

Bapak Asep Kartiwa menjelaskan bahwa kebudayaan yang ditonjolkan di Desa Margacinta itu adalah kesenian badud. Kesenian badud sendiri diciptakan sekitar tahun 1867 yang dipelopori oleh 2 orang tokoh yaitu Ki Ijot dan Ki Ardasim. Asal-usul  munculnya kesenian badud ini bermula dari kegiatan para petani di rumah sambil menunggu dan menjaga padi dari serangan serangga, burung, dan hama pengganggu lainnya.  Jarak dari rumah petani satu ke rumah petani lain agak berjauhan dan untuk mengetahui apakah ada petani lain yang juga menunggu dan menjaga padi, mereka saling berteriak bersahutan satu sama lain. Satu orang petani berteriak kemudian disahut teriakan oleh petani dari rumah yang berbeda begitu pula seterusnya hingga satu desa ramai akan teriakan-teriakan yang saling bersahutan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan rasa kesal dan bosan ketika menunggu dan menjaga padi dari serangan hama pengannggu. Kebiasaan ini sudah lama ada dan  dilakukan oleh masyarakat pedesaan pada jaman dahulu. Lambat laun, munculah  tokoh pelopor (Ki Ijot dan Ki Ardasim) dan mereka berinisiatif untuk membuat suatu instrumen musik. Instrumen musik tersebut awalnya terbuat dari bambu, yang apabila dipukul akan berbunyi “tung”. Cara memainkannya sama dengan teriakan yang bersahutan. Bambu di rumah satu dipukul kemudian bambu di rumah lainnya dipukul secara bergantian sehingga terbentuklah irama. Pada tahun berikutnya, instrumen musik ini mengalami perubahan, yang awalnya terbuat dari bambu sekarang terbuat dari kayu pohon pinang. Untuk bagian yang dipuk pada instrumen musik (yang terbuat dari kayu pohon pinang) kesenian badud itu dilapisi oleh kulit hewan yang ada pada waktu itu seperti kulit rusa, kulit kancil, kulit domba dan masih banyak lagi.

Selain untuk membuang rasa kesal dan bosan, kesenian badud ini  juga digunakan oleh para petani jaman dahulu untuk menghilangkan rasa capek ketika harus mengangkat padi dari sawah ke rumah. Saat mengangat padi dari sawah ke rumah untuk menghilangkan rasa lelah dan capek, maka dibunyikanlah alat musik ini di sepanjang jalan. Akhirnya, kegiatan ini lama-kelamaan dijadikan sebagai suatu ritual seni. Kegiatan ini secara turun-temurun menjadi suatu tradisi, dimana para petani usai memanen padi mereka selalu membunyikan alat musik untuk mengiringi perjalanan mereka mengangkut hasil panen dari sawah ke rumah. Instrumen musik di kesenian badud itu adalah dog-dog dan angklung. Dog-dog sendiri banyak sekali macamnya. Ada 6 jenis dog-dog yang digunakan dalam kesenian badud sendiri. Kebalikan dari reog, jika dalam reog dog-dog yang paling kecil merupakan dalangnya kalau dalam kesenian badud dog-dog yang paling besarlah yang merupakan dalang. Ukuran dog-dog sendiri sangatlah bervariasi mulai dari yang berukuran besar (tinggi 70cm dan diameter 40 cm) dengan nama badublag, kemudian ada dog-dog dengan ukuran yang lebih kecil dengan nama tilingtit, serta dog-dog yang paling kecil dengan nama tingtit. Untuk angklung sendiri, sebelum kesenian badud tercipta keberadaan angklung sendiri sudah merajalela di Jawa Barat, dan bahkan telah menjadi instrumen musik khas daerah Jawa Barat. Maka dari itu,  Ki Ijot dan Ki Ardasim mencoba untuk mengkolaboraika angklung dengan dog-dog dalam kesenian badud. Lagu-lagu yang digunakan dalam kesenian badud sendiri antara lain lagu Budak Ceurik, Sancang, Sisinglar, dan masih banyak lagi.Lagu Budak Ceurik memiliki makna dan tujuan menghibur anak-anak yang merasa lelah dan bosan karena berada di rumah. Kemudian Lagu Sisimplar memiliki makna untuk melindungi/memproteksi  tanaman padi  dari serangan serangga, burung, kera, babi hutan, dan hama pengganggu lainnya. Selanjutnya adalah Lagu Sancang. Lagu Sancang diciptakan karena masyarakat di daerah Margacinta itu merasa dan percaya bahwa mereka itu merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Galuh Pakuan Padjadjaran.

Pada jaman dahulu kesenian badud ini hanya digunakan dalam kegiatan Mamarung (kegiatan kebudayaan yang dilakukan pada malam bulan purnama yang dilakukan dengan berbagi makanan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena hasil bumi dan panen yang melimpah. Dalam acara ini kesenenian badud digunakan sebagai peramai acara.)  saja, namun sekarang kesenian badud ini menjadi lebih fleksibel dan sering diundang untuk meramaikan berbagai acara. Acara-acara yang diramaikan oleh kesenian badud antara lain acara hajatan, kunjungan orang penting ke Pangandaran, acar-acara pemerintahan dan masih banyak lagi.



10.  Kendala dalam Mengembangkan Kesenian Badud

Bapak Asep Kartiwa menuturkan bahwa kendala utama dalam mengembangkan kesenian badud adalah masalah dana, promosi, aksesibilitas,dan fasilitas. Untuk masalah dana, Bapak Asep Kartiwa menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Pangandaran ini tengah memprioritaskan 3 hal yaitu pembangunan sarana dan prasarana Pangandaran, pembangunan pendidikan, dan pembangunan kesehatan. Jadi untuk masalah kebudayaan dan kesenian  biasanya pendanannya dipersulit. Kemudian kendala selanjutnya adalah kurangnya promosi. Promosi sendiri telah dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan menggunakan media sosial, blog, dan bekerjasama dengan beberapa media seperti MNC TV dan ANTV. Meskipun sudah melakukan berbagai macam promosi Bapak Asep Kartiwa merasa bahwa promosi yang dilakukan masih kurang. Kendala yang selanjutnya adalah aksesibilitas dan fasilitas. Aksesibilitas yang dimaksud di sini adalah akses jalan untuk menuju ke komunitas kesenian badud di Desa Margacinta yang sulit dan akses dengan Pemerintah Kabupaten Pangandaran yang sering terhambat karena pemerintah sedang memprioritaskan ketiga hal yang telah disebutkan tadi. Untuk fasilitas, kendala fasilitas yang dimaksud di sini adalah fasilitas yang ada di komunitas kesenian badud masih terbilang minim. Untuk itu pengembangannya menjadi sedikit terhambat.



11.              Strategi Mempromosikan Kesenian dan Kebudayaan yang Ada Di Desa Margacinta

          Bapak Asep Kartiwa menuturkan bahwa untuk meperkenalkan dan mengekspos kesenian dan kebudayaan yang ada di Desa Margacinta beliau melakukan beberapa promosi. Promosi yang dilakukan adalah dengan menggunakan media sosial seperti instagram. Selain menggunakan media sosial Bapak Asep Kartiwa juga menjalin kerjasama dengan komunitas-komunitas kesenian dan kebudayaan yang lain, mempromosikan lewat blog, bekerjasama dengan beberapa stasiun TV seperti MNC TV dan ANTV untuk meliput kesenian badud, dan masih banyak lagi. Di tengah penjelasannya, Bapak Asep Kartiwa menambahkan bahwa beliau belum mempunyai website resmi untuk mempromosikan kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran karena terkendala dana. Namun, meskipun terkendala dana beliau menuturkan bahwa pembuatan website resmi akan dilakukan secepatnya guna memperkenalkan dan mengekspos kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran. Beliau juga meminta kepada mahasiswa PSDKU Unpad Pangandaran terutama mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk dapat membantu pempublikasian kesenian dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Pangandaran.



12.              Kesenian dan Kebudayaan yang Ada Di Pangandaran Menurut Bapak Asep Kartiwa

Kesenian dan kebudayaan yang ada di Pangandaran itu bukan hanya kesenian badud saja. Ada kesenian rengkong, kesenian gondang, terbang, ronggeng gunung, dan masih banyak lagi. Selain yang disebutkan tadi, di Pangandaran juga terdapat sebuah kesenian yaitu kesenian lebon. Dari pihak Kompepar sendiri, kesenian lebon ini baru dikaji beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya, pihak Kompepar sudah mengetahui keberadaan kesenian lebon  sejak dari lama namun baru dikaji beberapa bulan yang lalu. Bapak Asep Kartiwa menganggap bahwa  potensi kesenian lebon ini sangatlah luar biasa karena melihat tidak adanya saingan kesenian lebon di Jawa Barat. Kesenian lebon itu hanya ada di daerah Nusa Tenggara Barat. Meskipun sama-sama kesenian lebon tapi kedua kesenian lebon ini tentu memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak pada tariannya, kostumnya, dan alat musiknya.







13.              Cerita Dibalik Kesenian Lebon

Bapak Asep Kartiwa menjelaskan sejarah terbentuknya kesenian lebon secara singkat.  Asal muasal kesenian lebon adalah bermula dari adu pertarungan antar para jawara dari satu kampung dengan jawara yang ada di kampung lain dan pertandingan tersebut diberi nama lebon. Tujuan dari kesenian lebon sendiri pada mulanya ditujukan untuk mencari jawara atau pemenang (orang terkuat). Bahkan, pada jaman dahulu salah satu pemain dari kesenian lebon sampai ada yang meninggal. Sehingga dulu ketika ada kesenian lebon orang-orang pada jaman dahulu datang berbondong-bondong dengan membawa cangkul, linggis, dan parang agar bisa langsung dikuburkan apabila ada pemain yang kalah dan meninggal di tempat.

Adapun peralatan dari kesenian lebon adalah menggunakan pelindung kaki dan tangan yang terbuat dari kulit sapi, kemudian menggunakan pemukul yang terbuat dari rotan, dan tubuh para pemain kesenian lebon ditutupi pelindung dari kain selimut atau sarung. Musik yang digunakan dalam kesenian lebon sendiri adalah music pencak silat karena gerakan kesenian lebon adalah gerakan pencak silat.



14.              Pencapaian yang Ingin Dilakukan Oleh Komunitas Desa Wisata Margacinta Untuk Mengembangkan Kesenian dan Kebudayaan Pangandaran.

Bapak Asep Kartiwa menuturkan bahwa beliau ingin sekali kesenian badud menjadi salah satu icon kebudayaan di Pangandaran. Selain itu, Bapak Asep Kartiwa juga berharap kesenian badud dapat menjadi destinasi wisata di bidang kesenian dan kebudayaan tentunya. Menurut beliau, kesenian badud memilki keunggulan apabila dijadikan sebagaia icon kebudayaan Kabupten Pangandaran karena kesenian ini hanya ada di Pangandaran. Daerah lain tidak memiliki kesenian badud. Dari pihak Pemerintah Kabupaten Pangandaran sendiri sebenarnya ingin menonjolkan Ronggeng Gunung sebagai icon  kebudayaan Pangandaran, namun yang menjadi masalah  adalah Ronggeng Gunung sudah diklaim menjadi kebudayaan khas  Kabupaten Ciamis.



15.              Harapan Bapak Asep Kartiwa Kepada Pemerintah Kabupaten Pangandaran

Bapak Asep Kartiwa berharap bahwa pihak Pemerintah Kabupaten Pangandaran supaya lebih konsen dan perhatian kepada komunitas-komunitas yang ada di Pangandaran, terutama komunitas Desa Wisata Margacinta. Bapak Asep Kartiwa juga berharap Pemerintah Kabupaten Pangandaran, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Puat menjadikan kesenian badud itu sebagai icon kebudayaan di Kabupaten Pangandaran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebenarnya Kabupaten Pangandaran itu ingin menjadikan Ronggeng Gunung sebagai icon kebudayaan Kabupaten Pangandaran. Namun yang menjadi masalah adalah Ronggeng Gunung sudah diklaim sebagai kesenian khas milik kabupaten Ciamis. Melihat dari fenomena ini, Bapak Asep Kartiwa ingin sekali mengangkat keberadaan kesenian badud sebagai kesenian khas di Pangandaran. Selain unik, kesenian badud ini merupakan  kesenian asli yang hanya dimiliki oleh Pangandaran selain Ronggeng Gunung.



D.    Hasil wawancara dengan Ki Adwidi (Ketua Kampung Badud) dan Abah Suha ( Sesepuh )

Awal mula berdirinya kesenian badud adalah jaman dahulu pertama kali di suatu tempat peristirahatan petani ketika mereka sudah beres bercocok tani ( orang sunda menyebutnya Huma) – dulu menanam padi di Huma, petani itu disitu memainkan alat musik yang dinamakan dog-dog dan angklung untuk menakut-nakuti babi hutan yang suka merusak tanaman dan juga menghilangkan kecapean. Lama kelamaan kebiasaan itu dijadikan kesenian atas saran dan inisiatif aki sawijem yang merupakan dukun atau orang yang paling dipercaya saat itu di pamotong, dusun marga jaya, desa marga cinta Pangandaran. kemudian setelah mendengar hal itu  kemudian dimusyawarahkan oleh para tokoh.

Kesenian badud yang kita kenal sekarang didalam pagelaranya terdapat hewan-hewanan seperti babi hutan dan harimau, itu merupakan filosofi dari kejadian jaman dahulu , bahwa kesenian badud ini tercipta karena awalnya diguakan untuk menakut-nakuti hewan yang merusak tanaman padi. namun ketika sudah dijadikan kesenian seperti sekarang hal itu menjadi tontonan yang menarik. Badud ini terdiri atas sekumpulan orang, dan orang-orang yang pertama kali mementaskan kesenian ini adalah Aki Hardasim, Aki Rum, Aki Ijot, Aki Item, Aki Iroh, dan Aki Sukinta. Mereka semua adalah rombongan pertama dalam mementaskan kesenian badud. Ketua pertama dari kesenian badud ini adalah Aki Muhamad ali yang memegang sekitar tahun 1965 kemudian lengser kepada aki sukinta menjabat dari tahun 1980 – 1995. Setelah itu barulah sekarang aki adwidi yang menjabat dari tahun 1995 higga saat ini. Berkat beliau juga kesenian badud bisa tenar dan populer.

Kesenian badud ini sudah meraih banyak penghargaan baik di tingkat kabupaten provinsi, tingkat asia pacific, bahkan tingkat dunia. Ketika di tingkat  asean dilombakan di purwakarta , ketika di tingkat asia pasifik ditandingkan di sukabumi dan semua itu dimenangi oleh kesenian badud ini. Kesian badud ini bisa memenangkan perlombaan itu karena memiliki cirikhas yang tidak dimiliki kesenian lain, jika kesenian yang lain menggunakan sound system sebagai pengiringnya, namun jika kesenian badud ini tidak memakai alat sound system tetapi bisa menutup suara kesenian-kesenian yang lain, kesenian ini juga terdapat topeng ( dalam istilah sunda)  atau yang biasa orang jawa bilang mendem. Selain itu biasanya diiringi dengan upacara sepit, turun mandi, dan gusar.

Badud ini sudah ditenarkan di Jawa Barat dan Pemprov pun mengapresiasi kesenian ini, karena sangat unik. Namun terdapat masalah dalam pola regenerasi kesenian ini, dimana para generasi muda khususnya remaja kurang mengangkat kesenian ini dan hanya orang yang sudah tua saja yang memainkannya. Melihat adanya permasalahan tersebut ketua kesenian badud sekarang ( Ki Adwidi ) menggenjot untuk generasi anak-anak untuk berlatih sejak dini kesenian ini agar timbul kecintaan terhadap badud dan juga dapat terus melestarikan kesenian asli Pangandaran ini.  Latihan kesenian badud ini diadakan setiap hari minggu di padepokan Kampung Badud desa marga cinta.

Selain kesenian yang dipertontonkan, di desa marga cinta yang berbarengan dengan badud ini juga terdapat wisata yang dinamakan jembatan pongpet. Jembatan ini baru mulai berdiri sebagai tempat wisata di tahun 2016 yang dulunya itu sering disebut sasak gantung. Objek wisata ini sekarang sudah populer bagi warga Pangandaran karena jembatan ini memiliki keunikan, yaitu jembatannya berwarna-warni seperti pelangi. Menurut info yang kami dapatkan disini tersedia paket untuk berwisata budaya. Didalamnya itu kita bisa belajar kesenian badud dan juga kampong badud.



E. Hasil wawancara dengan Bpk. Erik Krisna Yudha

1.      Pengertian Budaya menurut Bapak Erik Krisna Yudha

            Sebelum mengetahui lebih lanjut bapak erik menjelaskan pengertian budaya menurutnya. Budaya terbagi menjadi  2 kata yaitu, budi dan daya yang artinya hasil karya ciptaan manusia yang berhubungan dengan seni serta perilaku kebiasaan seseorang yang menjadi sebuah kepercayaan untuk dilakukan. Budaya pun tidak harus yang berhubungan dengan pementasan dan seni, namun kebiasaan atau tingkah laku dalam kehidupan pun termasuk kedalam budaya.



2.      Kearifan Lokal yang ada di Pangandaran

Bapak erik selalu pengamat budaya menjelaskan banyak sekali budaya yang ada di daerah Pangandaran, namun semakin berjalannya waktu, kini budaya-budaya tersebut mulai ditinggalkan dan hilang, karena arus globalisasi yang banyak mempengaruhi kedalam budaya dan kearifan lokal yang pada dasarkan harus tetap dilestarikan.

Ada beberapa kearifan lokal yang berbasis kesenian, diantaranya:

Roggeng gunung, merupakan budaya yang memang berencana akan dijadikan sebagai ikon dari Pangandaran sendiri, karena berkaitan dengan sejarah dan cerita dari Pangandaran pada zaman dulu. Ronggeng gunung masih menjadi perdebatan antara kabupaten Ciamis dengan Pangandaran.

Gondang, Kesenian yang menggunakan alat musik dari lisung, yang fungsi utamanya untuk menumbuk padi menjadi beras. Kebiasaa ini dijadikan sebagai kebudayaan yang berbasis kesenian.

Badud, Kesenian yang menggunakan aksesoris dan perlengkapan menyerupai binatang dan alat musiknya menggunakan angklung sama dod-dog.

Selain kebudayaan berbasis seni ada kebiasaan yang sering dilakukan oleh setiap masyarakat pangandaran diantaranya:

Tradisi Teko Beureum, tradisi yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit dengan menggunakan tempat untuk menuangkan air. Teko beureum dapat digunakan untuk mengobati anak yang terkena penyakit panas, cacar serta penyakit lainnya. Selain untuk mengobati penyakit, teko beureum digunakan untuk obat anti hama tanaman padi dan tradisi ini sekarang semakin punah dan jarang masyarakat tahu tradisi ini.

Menurut bapak Erik Krisna Yudha, teko beureum terbuat dari tembaga. Biasanya digunakan para sesepuh untuk berbagai keperluan. Sehingga, masyarakat banyak menilai tradisi tersebut sudah ketinggalan zaman serta kerap dianggap untuk praktek perdukunan. Padahal, menurut beliau secara ilmiah air minum yang didalam teko beureum ternyata ada proses pemurnian secara alami, yakni dapat membunuh semua mikro organisme seperti halnya jamur, ganggang maupun bakteri yang mana sangat membahayakan bagi tubuh. Jadi, minuman yang disimpan menggunakan teko beureum dapat membantu menetralisir racun.

Gusaran, Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat kepada seoarang anak perempuan untuk membersihkan diri sebelum menuju dewasa, biasanya mereka yang digusaran akan dimandikan dan digosok giginya menggunakan benda yang biasa digunakan untuk gusaran.

Turun Mandi, Budaya yang masih satu rangkain dengan gusaran yaitu memandikan anak-anak, agar lebih bersih dan suci sebelum menuju dewasa. Namun, biasanya turun mandi tidak hanya gusaran saja, namun ketika acara sunatan seorang anak laki-laki pun terdapat kebiasaan turun mandi.

Bapak erik menyebutkan bahwa terdapat ritual setiap tahun yang sering diadakan setiap tahun oleh para masyarakat setempat, seperti Maca Sejarah Cijulang dan pembacaan layang syah. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak terlalu diperhatikan dan ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat, karena banyak yang lebih mengetahui perkembangan dan budaya modern.

3.      Cara mempromosikan Kebudayaan

Menurut bapak erik ada beberapa cara yang dapat mengembangkan dan meningkatkan eksistensi kebudayaan yang ada di Pangandaran, sehingga dapat dikenal dan menjadi sebuah ciri khas bagi Pangandaran sendiri. Ada beberapa cara untuk mempromosikan Kebudayaan Pangandaran, diantaranya:

-          Even Tahunan

Dengan mengadakan setiap even tahunan dapat mengembangkan dan tmenigkatkan kebudayaan yang ada serta terus  dapat dilihat oleh setiap orang, baik wisatawan maupun masyarakat sekitar. Contoh yang kebiasaan yang terus dilakukan dan menjadi sebuah acara rutin yaitu Hajat laut.

-          Promosi Seni Tradisional

Dengan mempromosikan terhadap masyarakat luas dapat menjadikan kebudayaan terus dijunjung tinggi dan berkembang sehingga tidak membuat  kebudayaan tersebut tidak hilang dan menjadi sebuah ciri khas disuatu wilayah..

-          Revitalisasi

Mengembangkan kembali budaya-budaya yang mulai hilang dan eksistensinya mulai turun, merupakan cara untuk dapat menumbuhkan kembali budaya tersebut agar dapat dinikmati dan terus berdiri sampai  menjadi sebuah kebutuhan.

-          Media Informasi

Salah satu media yang umum yang sering digunakan untuk menjadikan alat promosi bagi masyarkat umum, karena salah satu media yang umum digunakan untuk mempromosikan suatu acara atau kegiatan.







4.      Kendala yang sering dihadapi

Banyak kendala yang dihadapi ketika mempromosikan kebudayaan, yang paling menjadi masalah dalam mengembangkan kebudayaan yaitu kesadaran masyarakat akan kebudayaan yang pada di Pangandaran. Masyarakat kini lebih mengetahui kebudayaan luar yang mereka adopsi dan akulturasi dari wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pangandaran. Masyarakat kini mulai meninggalkan kebiasaan yang dulu dibangun oleh nenek moyang dan merupakan sebuah kekayaan budaya untuk terus dinikmati dan dikembangkan. Akibat akulturasi dan globalisasi menjadikan kesedaran akan budaya yang ada menjadi ditinggalkan akibat adanya perkembangan akulturasi dan globalisasi.

Target promosi merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi dalam mempromosikan kebudayaan, karena biasanya orang-orang pada saat ini kurang memperhatikan akan kebudayaan terutama generasi muda kini semakin tidak pernah memperhatikan dan minat terhadap kekayaan budaya yang dimiliki Pangandaran bahkan budaya Indonesia.



F. Hasil wawancara dengan Bapak Husin Al Banjari

1.      Budaya Berfikir Masyarakat Pangandaran

Bapak husin merupakan salah satu tokoh budaya Jabar selatan, yang mengetahui banyak mengenai kebudayaan dan sejarah yang ada di Jabar selatan. Menurut bapak husin pengertian budaya sangat beragam tergantung dari jenis budaya tersebut. Bapak husin tidak dapat menjelaskan budaya dari sudut panjang seni, tingkah laku, dan perasaan. Namun bapak husin dapat menjelaskan budaya dari segi berfikirnya manusia. Pada dasarnya sudut pandang budaya terbagi menjadi 4, menurut bapak husin sendiri. Seperti yang sudah disebutkan tadi bapak husin hanya menjelaskan mengenai budaya berfikir.

Budaya berfikir masyarakat pangandaran sangat beragam dan unik sehingga di Pangandaran sangat kaya akan pribahasa atau yang lebih dikenal oleh budaya sunda adalah Uga. Uga merupakan pribahasa atau ramalan ataupun perencanaan yang digunakan pada jaman dahulu oleh para nenek moyang kita. Uga dapat dijadikan sebagai perencaan untuk memperkirakan sesuatu yang akan terjadi. Biasanya uga atau ramalan sering terjadi pada lingkungan tersebut.

Pangandaran merupakan salah satu daerah yang paling banyak mengelurkan uga atau pribahasa. Pangandaran sendiri merupakan daerah pusat yang banyak menggunakan budaya pribahasa atau uga. Uga adalah ciri khas yang unik yang jarang dimiliki oleh daerah lain, yang hanya dimiliki Pangandaran dan ini merupakan sebuah kekuatan untuk menjadikan ciri khas bagi pangandaran sendiri.

Pada zaman dahulu Pangandaran sering menggunakan uga atau pribahasa dan ada beberapa uga yang memang terjadi dan terbukti nyata. Contohnya “Cijulang ngadeug sorangan” yang memang arti nyatanya yaitu bahwa Pangandaran akan berdiri sendiri dan memisahkan diri, dan ternyata sekarang terjadi bahwa pangandaran berdiri sendri, dan memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Selain uga “Cijulang ngadeug sorangan ada uga yang memang terjadi yaitu “ Nusa wiru tegal papatong”, yang pada akhirnya sekarang nusawiru menjadi bandara, yang memang banyak pesawat terbang. Dari beberapa uga banyak masyarakat yang tidak mengetahui akan uga yang telah lama diucapkan dan diciptakan oleh nenek moyang kita.



2.      Hambatan dalam mengembangkan budaya berfikir

Kebudayaan berfikir uga atau pribahasa kini semakin memudar dan makin menghilang, sehingga pada zaman sekarang banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu uga. Banyak masyarakat yang tidak  tahu pribahasa, yang memang sering digunakan oleh nenek moyang kita dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Harapan yang ingin dicapai bagi kebudayaan

Bapak husin mengharapkan adanya pengembangan dan pemahaman bagi masyarakat akan uga atau pribahasa, karena pada hakikatnya Pangandaran ini merupakan salah satu daerah yang kaya akan uga dan pribahsa. Masyarakat Pangandaran agar terus memahami dan mempelajari akan kebudayaan yang telah diturunkan oleh leluhur kita. Pada hakikatnya budaya berfikir ini merupakan sebuah budaya yang sederhana yang sering diungkapkan, namun banyak yang belum mengetahui.

Dengan banyaknya uga bapak husin sendiri mengharapkan dan berimajinasi bahwa suatu saat dapat membuat dan mendirikan sebuah acara atau kegiatan yang berhubungan dengan budaya berfikir. Kegiatan yang diharapakan bapak husin merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan masyarakat akan Uga. Kegiatan tersebut dapat berupa pementasan seni yanga berupa alunan pantun dan kecapi yang berhubungan dengan uga, agar setiap wisatawan dapat menikmati dan mengetahui tentang budaya berfikir.







BAB III

Penutup



A.                Kesimpulan

Dari data yang kami peroleh, kami menyimpulkan bahwa Pangandaran ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat luar biasa seperti Bali, apabila para perangkat Pemerintah dan Masyarakatnya dapat mengelola dengan baik. Pangandaran ini memiliki  Seni dan Kebudayaan khas seperti Ronggeng Gunung, Badud, Seni Lebon, Gondang , yang tentu saja budaya-budaya ini memiliki nilai tersendiri dibandingkan dengan daerah lain, karena terdapat unsur cerita legenda didalamnya serta terdapat keunikan-keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Tentu saja hal itu merupakan daya tarik untuk para wisatawan yang datang, namun sangat di sayangkan sekali, budaya-budaya ini belum terlalu dikelola dengan baik oleh pemerintah sehingga belum terekspose, yang mengakibatkan eksistensinya pun belum seluas budaya tari kecak yang ada di bali. Selain memiliki kebudayaan yang khas, di Pangandaran juga terdapat budaya campuran atau hasil kolaborasi dengan budaya dari daerah lain, seperti misalnya kuda lumping. Kebudayaan-kebudayaan yang ada di Pangandaran hampir tersebar merata diseluruh wilayah, ada yang terdapat di daerah timur seperti Mangunjaya, Padaherang, dan Kalipucang, kemudian di daerah barat terdapat di Parigi, Cigugur, Cijulang, dll. Semua budaya tersebut memiliki cerita dibaliknya yang melegenda, dan tidak banyak orang tahu akan legenda tersebut.



Selain beberapa kesenian ada kebudayaan yang unik yang memang masih belum ada dan jarang dimiliki daerah lain. Kebudayaan berfikir yang dimiliki Pangandaran yaitu Uga juga merupakan ciri khas dari Kabupaten Pangandaran. Pangandaran sendiri merupakan pusat daerah yang memiliki banyak uga atau pribahasa.

     Pangandaran banyak sekali memiliki kebiasaan yang memang sangat unik serta sering dilakukan rutin. Kearifan lokal terseut sudah menjadi kebiasaan dan menjadi acara tahunan. Kearifan lokal tersebut diantaranya; Hajat laut, Pesona purnama pesisir, Karnaval budaya, Tradisi teko beureum serta Hajat Leuweung.

 Masalah yang dihadapi Pangandaran dalam pola pengembangan kebudayaan ini sebenarnya yang paling utama adalah promosi, karena banyak sekali kebudayaan Pangandaran ini, tetapi banyak wisatawan tidak mengetahuinya. Pemerintah juga jarang untuk menyelenggarakan event-event kebudayaan, hanya beberapa kali saja dalam setahun, padahal apabila sering dilakukan atau diadakan festival kebudayaan tentu saja wisatawan pun lambat laun akan tahu dan mengenal kebudayaan Pangandaran, sehingga tertarik untuk berkunjung ke Pangandaran setiap tahunnya. Pemerintah juga dirasa kurang mendukung aktivitas dari komunitas budaya yang memiliki peranan penting, karena komunitas itu mewadihi budaya-budaya dari seluruh penjuru Pangandaran yang belum terkelola dengan baik yang kemudian dikembangkan dan diusulkan ke pemerintah. Selain itu, masyarakat yang kini kurang mendalami dan melestarikan kebudayaan yang ada di pangandaran, yang mana pada saat ini masyarakat lebih suka terhadap kemajuan teknologi yang membuat perubahan sangat besar terutama terhadap kebudayaan. Output yang bisa kami lakukan adalah dengan cara mempromosikan budaya-budaya asli Pangandaran dengan cara sering menulis artikel tentang kebudayaan Pangandaran ini situs web atau sebuah jurnal, selain itu kami juga berinisiatif untuk menggelar pagelaran Budaya Khas Asli Pangandaran setiap tahunnya yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Pangandaran , Bapak Aceng.

B.       Saran

Pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan serta para penggerak Kebudayaan harus lebih aktif lagi dalam mengadakan event-event budaya, karena itu merupakan salah satu bentuk promosi agar kebudayaan yang ada di Pangandaran menjadi terkenal. Selain itu, pemerintah juga harus mendukung aktivitas dari komunitas budaya, agar dapat terciptanya kesinambungan dan kerja sama yang baik antara komunitas dan pemerintah sehingga membuat budaya yang ada di Pangandaran terus berkembang dan menjadi populer. Masyarakat juga harus sadar akan kekayaan budaya serta dapat menjaga dan memelihara budaya yang ada di wilayahnya dengan dikelola dan dilestarikan dengan sebaik mungkin agar kebudayaan itu tidak hilang dan. Sebagai insan pendidikan seperti Mahasiswa yang ada di pangandaran pun sebaiknya sering menulis artikel mengenai kebudayaan Pangandaran agar diharapkan banyak orang yang mengetahunya. Dengan membantu mempromosikan  kebudayaan Pangandaran, akan berdampak positif bagi keberlangsungan kebudayaan yang ada di Pangandaran, sehingga lebih dikenal dan disukai khalayak.

Lampiran