Cerita Inspirasi dari Sebuah Kecoa


“Pengembangan Pribadi dari sebuah kecoa”



Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita.  Wanita itu mulai berteriak ketakutan. Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut. Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik. Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi , kecoa itu mendarat di pundak wanita lain dalam kelompok. Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.
Pelayan bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka. Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan. Pelayan berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya. Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkan nya keluar dari restoran. Didalam benak kita pasti bertanya-tanya , apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka? Jika demikian, maka mengapa pelayan tidak terganggu? Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun. “Lalu apa yang bisa kita dapat dari kejadian tadi?” “Dari kisah tadi, 2 wanita karir itu panik, mengapa?.
Sementara wanita pelayan bisa dengan tenang mengusir kecoa? Berarti jelas bukan karena kecoanya, tapi karena respon yang diberikan itulah yang menentukan. Ketidakmampuan kedua wanita karir dalam menghadapi kecoa itulah yang membuat suasana cafe jadi kacau. Kecoa memang menjijikkan. Tapi ia akan tetap seperti itu selamanya. Tak bisa kita ubah kecoa menjadi lucu dan menggemaskan. Begitupun juga dengan masalah atau macet dijalanan, atau ibu yang cerewet, teman yang berkhianat, bos yang sok kuasa, bawahan yang tidak penurut, deadline tugas yang ketat, tetangga yang mengganggu, dsb. Sampai kapanpun semua itu tidak akan pernah menyenangkan. Tapi bukan itu yang membuat semuanya kacau. Ketidakmampuan kita untuk menghadapi yang membuatnya demikian.” Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut. Disitu kita menyadari bahwa, bukanlah teriakan ibu yang marah-marah  yang mengganggu , tapi ketidakmampuan kita untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu kita. Bukanlah kemacetan lalu lintas di jalan yang mengganggu kita, tapi ketidakmampuan kita untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetan yang mengganggu ini. Reaksi kita terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup kita, melebihi dari masalah itu sendiri.
Apa hikmah dibalik kisah ini?
Kita mengerti, kita tidak harus bereaksi dalam hidup. Akan lebih baik kita harus selalu merespon. Contoh diatas tadi, 2 wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon. Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik. Sebuah cara yang indah untuk memahami HIDUP. Orang yang BAHAGIA bukan karena Semuanya berjalan dengan benar dalam Kehidupannya. Dia BAHAGIA karena Sikapnya dalam menanggapi Segala sesuatu di Kehidupannya Benar.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »